Dosis tinggi obat ADHD berkaitan dengan risiko psikosis

Written by asodao13asf on September 15, 2024 in bugar with no comments.

Psikosis adalah kondisi mental yang menyebabkan seseorang kehilangan kontak dengan realitas, mungkin mengalami halusinasi, delusi, atau gangguan pikiran. Penelitian baru menunjukkan bahwa dosis tinggi obat ADHD dapat meningkatkan risiko psikosis pada pasien yang mengonsumsinya.

Obat ADHD adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan hiperaktivitas dan perhatian (ADHD). Obat-obatan ini seringkali mengandung zat aktif yang disebut stimulan, yang bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas neurotransmitter di otak.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal “JAMA Network Open” menemukan bahwa pasien yang menggunakan dosis tinggi obat ADHD memiliki risiko psikosis dua kali lipat dibandingkan dengan pasien yang menggunakan dosis rendah atau tidak menggunakan obat tersebut sama sekali. Penelitian ini melibatkan lebih dari 220.000 pasien yang menggunakan obat ADHD selama kurun waktu 10 tahun.

Meskipun hubungan antara dosis tinggi obat ADHD dan risiko psikosis belum sepenuhnya dipahami, para peneliti mengatakan bahwa peningkatan aktivitas neurotransmitter di otak dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan emosional seseorang. Hal ini dapat menyebabkan perubahan perilaku dan persepsi yang pada akhirnya dapat menyebabkan munculnya gejala psikosis.

Meskipun obat ADHD dapat membantu mengurangi gejala gangguan hiperaktivitas dan perhatian, penting bagi pasien dan dokter untuk mempertimbangkan risiko psikosis yang terkait dengan penggunaannya. Pasien yang mengalami gejala psikosis seperti halusinasi, delusi, atau gangguan pikiran setelah mengonsumsi obat ADHD sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Sebagai masyarakat, kita juga perlu meningkatkan kesadaran akan risiko psikosis yang terkait dengan penggunaan dosis tinggi obat ADHD. Edukasi dan informasi yang tepat dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius pada pasien yang mengonsumsi obat tersebut. Semoga penelitian ini dapat menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut dan peningkatan kualitas pengobatan ADHD di masa depan.

Comments are closed.